Sunday, December 30, 2012

JAMUR (FUNGI)




V. FUNGI (JAMUR)

Di  dalam  dunia mikrobia,  jamur  termasuk  divisio Mycota  (fungi). Mycota  berasal dari  kata  mykes  (bahasa  Yunani),  disebut  juga  fungi  (bahasa  Latin).  Ada  beberapa istilah  yang  dikenal  untuk  menyebut  jamur,  (a)  mushroom  yaitu  jamur  yang  dapat menghasilkan badan buah besar,  termasuk  jamur  yang dapat dimakan,  (b) mold  yaitu jamur yang berbentuk seperti benang-benang, dan (c) khamir yaitu jamur bersel satu. Jamur  merupakan  jasad  eukariot,  yang  berbentuk  benang  atau  sel  tunggal, multiseluler  atau  uniseluler.  Sel-sel  jamur  tidak  berklorofil,  dinding  sel  tersusun  dari khitin,  dan  belum  ada  diferensiasi  jaringan.  Jamur  bersifat  khemoorganoheterotrof karena memperoleh energi dari oksidasi senyawa organik. Jamur memerlukan oksigen untuk hidupnya (bersifat aerobik).  Habitat (tempat hidup) jamur terdapat pada air dan tanah. Cara hidupnya bebas atau  bersimbiosis,  tumbuh  sebagai  saprofit  atau  parasit  pada  tanaman,  hewan  dan manusia.

A. Morfologi Jamur Benang

Jamur  benang  terdiri  atas massa  benang  yang  bercabang-cabang  yang  disebut miselium.  Miselium  tersusun  dari  hifa  (filamen)  yang  merupakan  benang-benang tunggal.  Badan  vegetatif  jamur  yang  tersusun  dari  filamen-filamen  disebut  thallus.  Berdasarkan  fungsinya  dibedakan  dua macam  hifa,  yaitu  hifa  fertil  dan  hifa  vegetatif.  Hifa  fertil  adalah  hifa  yang  dapat  membentuk  sel-sel  reproduksi  atau  spora-spora. Apabila  hifa  tersebut  arah  pertumbuhannya  keluar  dari media  disebut hifa  udara. Hifa vegetatif adalah hifa yang berfungsi untuk menyerap makanan dari substrat.  Berdasarkan bentuknya dibedakan pula menjadi dua macam hifa, yaitu hifa tidak bersepta  dan  hifa  bersepta.  Hifa  yang  tidak  bersepta  merupakan  ciri  jamur  yang termasuk  Phycomycetes  (Jamur  tingkat  rendah).  Hifa  ini  merupakan  sel  yang memanjang, bercabang-cabang, terdiri atas sitoplasma dengan banyak  inti (soenositik).  Hifa  yang  bersepta  merupakan  ciri  dari  jamur  tingkat  tinggi,  atau  yang  termasuk Eumycetes.

B. Perkembangbiakan jamur

Jamur  dapat  berkembang  biak  secara  vegetatif  (aseksual)  dan  generatif (seksual). Perkembang biakan aseksual dapat dilakukan dengan  fragmentasi miselium (thalus)  dan  pembentukan  spora  aseksual.  Ada  4  cara  perkembang  biakan  dengan fragmentasi  thalus  yaitu,  (a)  dengan  pembentukan  tunas,  misalnya  pada  khamir,  (b) dengan  blastospora,  yaitu  tunas  yang  tumbuh menjadi  spora, misalnya  pada Candida sp., (c) dengan arthrospora (oidium), yaitu terjadinya segmentasi pada ujung-ujung hifa, kemudian  sel-sel  membulat  dan  akhirnya  lepas  menjadi  spora,  misalnya  pada Geotrichum  sp.,  dan  (d)  dengan  chlamydospora,  yaitu  pembulatan  dan  penebalan dinding sel pada hifa vegetatif, misalnya pada Geotrichum sp. Spora  aseksual  terbentuk melalui  2  cara.  Pada  jamur  tingkat  rendah,  spora aseksual  terbentuk sebagai hasil pembelahan  inti berulang-ulang. Misalnya spora yang terbentuk  di  dalam  sporangium. Spora  ini  disebut  sporangiospora. Pada  jamur  tingkat tinggi,  terbentuk  spora  yang  disebut  konidia.  Konidi  terbentuk  pada  ujung  konidiofor, terbentuk dari ujung hifa atau dari konidi yang telah terbentuk sebelumnya. Perkembang  biakan  secara  seksual,  dilakukan  dengan  pembentukan  spora seksual dan peleburan gamet (sel seksual). Ada dua tipe kelamin (mating type) dari sel seksual,  yaitu  tipe  kelamin  +  (jantan)  dan  tipe  kelamin    (betina).  Peleburan  gamet terjadi  antara  2  tipe  kelamin  yang  berbeda.  Proses  reproduksi  secara  seksual  dibagi menjadi 3 tingkatan, yaitu: (a) plasmogami yaitu meleburnya 2 plasma sel, (b) kariogami yaitu meleburnya 2 inti haploid yang menghasilkan satu inti diploid, dan (c) meiosis yaitu pembelahan reduksi yang menghasilkan inti haploid. Bentuk  dan  cara  reproduksi  jamur  sangat  beraneka  ragam,  dan  dapat digunakan sebagai dasar untuk mengklasifikasikan jamur tersebut.

C. Klasifikasi jamur

Ada  beberapa  klasis  jamur,  yaitu  Acrasiomycetes  (Jamur  lendir  selular), Myxomycetes  (Jamur  lendir  sejati),  Phycomycetes  (Jamur  tingkat  rendah),  dan Eumycetes  (Jamur  tingkat  tinggi).  Eumycetes  terdiri  atas  3  klasis  yaitu  Ascomycetes, Basidiomycetes, dan Deuteromycetes (Fungi imperfecti).

Sistem  tata  nama  jamur  menggunakan  nama  binomial,  yang  terdiri  nama genus  dan  nama  spesifik  /  spesies. Nama  famili  dengan  akhiran  –aceae,  nama  order dengan akhiran –ales, dan nama klasis dengan akhiran –mycetes.

1. ACRASIOMYCETES

Jamur  ini merupakan kelompok  jamur  lendir selular, yang hidup bebas di dalam tanah, biasanya diisolasi dari  tanah humus. Bentuk vegetatifnya berupa sel berinti satu yang  amoeboid,  seperti  protozoa  uniselular  atau  merupakan  amoeba  haploid,  dan disebut juga pseudoplasmodium.

Ciri-ciri  sel  jamur  ini adalah dapat bergerak diatas media padat  (pseudopodia), makan dengan cara fagositosis, misalnya dengan memakan bakteri. Sifatnya yang mirip fungi  adalah  adanya  stadium  badan  buah,  dan  terbentuknya  spora.  Struktur  spora seperti bentuk kista dari amoeba. Perkembang biakan jamur ini dimulai dari berkecambahnya spora, kemudian sel memperbanyak diri membentuk pseudoplasmodium, selanjutnya sel-sel beragregasi dan akan membentuk badan buah, akhirnya  terbentuk sporokarp yang menghasilkan spora kembali. Contoh jamur ini adalah Dictyostelium mucoroides dan D. discoideum.

2. MYXOMYCETES

Jamur ini merupakan jamur lendir sejati. Jamur ini dapat ditemukan pada kayu terombak, guguran daun, kulit kayu, dan kayu. Bentuk vegetatifnya disebut plasmodium. Plasmodium merupakan masa sitoplasma berinti banyak dan tidak  dibatasi oleh dinding sel  yang  kuat. Sel-selnya mempunyai gerakan amoeboid diatas  substrat. Cara makan dengan  fagositosis.  Apabila  plasmodium  merayap  ke  tempat  yang  kering,  akan terbentuk badan buah. Badan buah menghasilkan  spora berinti  satu  yang diselubungi dinding sel. Spora berasal dari inti-inti plasmodium. Struktur pada semua stadium sama, yaitu seperti sel soenositik dengan adanya aliran sitoplasma. Perkembang  biakan  jamur  ini  dimulai  dari  sel  vegetatif  haploid  hasil perkecambahan  spora.  Sel  tersebut  setelah  menggandakan  diri  akan  mengadakan plasmogami dan kariogami yang menghasilkan sel diploid. Sel diploid yang berkembang menjadi plasmodium yang selnya multinukleat tetapi uniselular, selanjutnya membentuk badan  buah  yang  berbentuk  sporangium.  Sporangium  tersebut  menghasilkan  spora haploid.  Contoh  jamur  ini  adalah  Lycogala  epidendron,  Cribraria  rufa  ,  dan  Fuligo septica.   

3. PHYCOMYCETES

Jamur  ini  termasuk  jamur  benang  yang  mempunyai  hifa  tidak  bersepta,  sel vegetatif  multinukleat,  atau  disebut  thalus  soenositik.  Secara  vegetatif  dapat memperbanyak diri dengan potongan-potongan hifa, dan menghasilkan spora aseksual dalam  sporangium  (sporangiospora).  Perkembang  biakan  secara  generatif  dengan membentuk  spora  seksual.  Berdasarkan  cara  terbentuknya  spora  dibagi  menjadi  2 macam,  (a) Oospora, hasil peleburan antara gamet-gamet  yang  tidak  sama besarnya, dan  (b)  Zygospora,  hasil  peleburan  gamet-gamet  yang  sama  besarnya.  Berdasarkan tipe  sporanya  maka  jamur  ini  juga  dapat  dikelompokkan  dalam  Oomycetes dan Zygomycetes.

Contoh  jamur  yang  termasuk  klas Oomycetes adalah Saprolegnia  sp.  (jamur air).  dan  jamur  patogen  seperti  Phytophthora  infestans  (penyebab  penyakit  potato blight), Plasmopora  viticola  (penyebab  penyakit embun  tepung  pada  tanaman).  Jamur yang  termasuk  Zygomycetes  ada  3  order,  yaitu  Mucorales,  Entomophthorales,  dan Zoopagales.  Jamur  yang  penting  dari  kelompok  Mucorales  adalah  Mucor  sp.  dan Rhizopus  sp. Rhizopus nigricans adalah  jamur  roti, R. oryzae, R. olygosporus, dan R. stolonifer adalah jamur yang biasa digunakan pada fermentasi tempe.

4. ASCOMYCETES

Ciri  jamur  ini  mempunyai  hifa  bersepta,  dan  dapat  membentuk  konidiofor. Secara  vegetatif  dapat  berkembang  biak  dengan  potongan  hifa,  dan  pada  beberapa jenis  dapat menghasilkan  konidia  secara  aseksual. Fase  konidi  jamur  ini  disebut  juga fase  imperfect. Fungi yang hanya dalam bentuk  fase  imperfect disebut  fungi  imperfecti (Deuteromycetes).  Secara  generatif  dapat  membentuk  badan  buah  yang  disebut askokarp,  yang  di  dalamnya  terdapat  askus  (kantong)  yang menghasilkan  askospora. Askospora merupakan hasil kariogami dan meiosis.

Pembentukan askospora ada 4 cara, yaitu:

1.       Konyugasi langsung seperti pada khamir.
2.       Pembelahan sel miselium.
3.       Peleburan sel-sel kelamin kemudian oogonium menjadi askus.
4.       Dari hife askogen timbul organ-organ tertentu yang mengandung inti rangkap.

Berdasarkan bentuknya dapat dibedakan 3 macam askus, yaitu: 
(a)  Cleistothecium,  bentuknya  bulat,  kasar  dan  tidak  mempunyai  lubang  khusus untuk jalan keluarnya spora.
(b)  Perithecium, bentuk bulat seperti  labu, mempunyai osteol untuk  jalan keluarnya spora.
(c)  Apothecium, bentuk seperti cawan atau mangkuk, bagian permukaan terdiri atas himenium  yang mengandung  askus-askus  dalam  lapisan  palisade,  dari  lapisan tersebut dapat dilepaskan askospora.

Contoh jamur ini yang penting adalah genus Aspergillus dan Penicillium. Jamur ini  umumnya  dapat  menghasilkan  pigmen  hitam,  coklat,  merah,  dan  hijau.  Pigmen tersebut  dapat  digunakan  untuk mengidentifikasi  jenis-jenis  jamur  tersebut.  Jamur  ini umumnya  dapat  merombak  bahan  organik  seperti  kayu,  buah,  kulit,  dan  sisa-sisa tanaman.  Spesies  seperti  P.  roqueforti  dan  P.  camemberti  dapat  digunakan  untuk flavour  (aroma).  Penicillium  notatum  dan  Penicillium  chrysogenum  untuk  produksi antibiotik  penisilin.  Jamur  Aspergillus  niger  untuk  fermentasi  asam  sitrat,  Aspergillus oryzae dan Aspergillus wentii untuk fermentasi kecap.

5. BASIODIOMYCETES

Ciri khusus  jamur  ini yaitu mempunyai basidium yang berbentuk seperti gada, tidak  bersekat,  dan  mengandung  4  basidiospora  di  ujungnya.  Pada  jamur  tertentu mempunyai  hymenium  atau  lapisan-lapisan  dalam  badan  buah.  Hymenium  terdapat pada mushroom, maka disebut juga Hymenomycetes.

Hymenium  terdiri dari basidia, hifa  steril, parafisa, dan  cysts. Basidia berasal dari  hifa  dikariotik,  sel  ujungnya  membesar,  inti  ikut  membesar,  2  inti  melebur menghasilkan  1  inti  diploid,  kemudian membelah  reduksi menjadi  4  inti  haploid  yang menjadi  inti basidiospora. Tipe kelamin basidiospora  terdiri atas 2 negatif dan 2 positif. Akumulasi basidiospora dapat dilihat dari warnanya, yaitu seperti tepung halus berwarna coklat, hitam, ungu, kuning, dan sebagainya.  Contoh  jamur  ini  adalah  Pleurotus  sp  (Jamur  Tiram),  Cyantus  sp.,  dan  khamir Sporobolomyces sp.

6. DEUTEROMYCETES (FUNGI IMPERFECTI)

Semua  jamur  yang  tidak  mempunyai  bentuk  (fase)  seksual  dimasukkan  ke dalam  kelas  Deuteromycetes.  Jamur  ini  merupakan  bentuk  konidial  dari  klas Ascomycetes, dengan askus  tidak bertutup atau hilang  karena evolusi.  Jamur  ini  juga tidak lengkap secara seksual, atau disebut paraseksual. Proses plasmogami, kariogami dan meiosis ada  tetapi  tidak terjadi pada  lokasi  tertentu dari badan vegetatif, atau tidak terjadi  pada  fase  perkembangan  tertentu.  Miseliumnya  bersifat  homokariotik.  Contoh jamur ini adalah beberapa spesies Aspergillus, Penicillium, dan Monilia.

D. IDENTIFIKASI JAMUR BENANG

Untuk  mengidentifikasi  jamur  benang  lebih  diutamakan  pengujian  sifat-sifat morfologinya,  tetapi  perlu  juga  pengujian  sifat-sifat  fisiologi.  Hal-hal  yang  perlu diperhatikan pada pengamatan morfologi jamur benang adalah:

1.       Tipe hifa, bersepta atau tidak, jernih atau keruh, dan berwarna atau tidak.
2.       Tipe  spora,  seksual  (oospora,  zygospora,  askospora,  atau  basidiospora), aseksual (sporangiospora, konidia, atau oidia)
3.       Tipe  badan  buah,  bentuk,  ukuran,  warna,  letak  spora  atau  konidi.  Bentuk sporangiofor / konidiofor, kolumela / vesikula.
4.       Bentukan  khusus,  misalnya  adanya  stolon,  rhizoid,  sel  kaki,  apofisa, klamidospora, sklerosia, dan lain-lain.

E. KHAMIR
Khamir  atau  disebut  yeast, merupakan  jamur  bersel  satu  yang mikroskopik, tidak  berflagela.  Beberapa  genera  membentuk  filamen  (pseudomiselium).  Cara hidupnya sebagai saprofit dan parasit. Hidup di dalam tanah atau debu di udara, tanah, daun-daun, nektar bunga, permukaan buah-buahan, di tubuh serangga, dan cairan yang mengandung gula seperti sirup, madu dan lain-lain. Khamir  berbentuk  bulat  (speroid),  elips,  batang  atau  silindris,  seperti  buah jeruk,  sosis,  dan  lain-lain.  Bentuknya  yang  tetap  dapat  digunakan  untuk  identifikasi. Khamir  dapat  dimasukkan  ke  dalam  klas  Ascomycetes,  Basidiomycetes  dan Deuteromycetes.

1. Perkembang biakan sel khamir

Perkembang biakan  sel  khamir dapat  terjadi  secara  vegetatif maupun  secara generatif (seksual). Secara vegetatif (aseksual), (a) dengan cara bertunas (Candida sp., dan  khamir  pada  umumnya),  (b)  pembelahan  sel  (Schizosaccharomyces  sp.),  dan  (c) membentuk  spora  aseksual  (klas  Ascomycetes).  Secara  generatif  dengan carakonyugasi  (reproduksi  seksual).  Konyugasi  khamir  ada  3  macam,  yaitu  (a) konyugasi  isogami  (  Schizosaccharomyces  octosporus),  (b)  konyugasi  heterogami (Zygosaccharomyces  priorianus),  dan  konyugasi  askospora  pada  Zygosaccharomyces sp.  dan  Schizosaccharomyces  sp.  (sel  vegetatif  haploid),  serta  pada  Saccharomyces sp., dan Saccharomycodes sp. (sel vegetatif diploid).

2. Identifikasi khamir

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam mengidentifikasi khamir adalah:
1.       Ada  tidaknya  askospora,  kalau  ada  bagaimana  pembentukannya  (konyugasi isogami,  heterogami,  atau  konyugasi  askospora),  bentuk,  warna,  ukuran,  dan jumlah spora.
2.       Bentuk, warna, dan ukuran sel vegetatifnya.
3.       Cara reproduksi aseksual (bertunas, membelah, dsb)
4.       Ada tidaknya filamen atau pseudomiselium.
5.       Pertumbuhan dalam medium dan warna koloninya.
6.       Sifat-sifat  fisiologi,  misalnya  sumber  karbon  (C)  dan  nitrogen  (N),  kebutuhan vitamin,  bersifat  oksidatif  atau  fermentatif,  atau  keduanya,  lipolitik,  uji pembentukan asam, penggunaan pati, dan lain-lain.